<p> Belok/Sidan(14/06/19)<br /> &nbsp;&nbsp;&nbsp; Musim kopi adalah musim yang palin ditunggu-tunggu oleh sebagian besar para petani Badung Utara. Selain menjadi penghasilan pokok para petani kopi, namun banyak juga yang terbantu, karena banyak membuka lapangan pekerjaan baru. Khususnya bagi mereka yang tidak memiliki lahan perkebunan, misalnya menjadi pengepul, buruh angkut, dan juga buruh panen.<br /> &nbsp;&nbsp;&nbsp; Namun beda dengan pria yang satu ini, I Nyoman Sadia salah satu penduduk Banjar Sekarmukti yang memanfaatkan musim panen kopi untuk mendapatkan hasil tambahan. Dengan menggunakan keahlian yang iya punya. Pria paruh baya ini menggunakan bambu untuk dijadikan &quot;Dungki&quot; yaitu sebuah tempat yang digunakan untuk panen kopi. Biasanya kebanyakan yang memesan adalah para buruh panen dan pengepul. &quot;Lebih memilih Dungki karena lebih mudah untuk di bawa tinggal diikatkan di pinggang, berbeda dengan ember atau alat yang lain&quot;, kata I Wayan Kembung salah satu pembeli pada saat itu.<br /> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Sudah hampir sekitar 8 tahun pekerjaan ini ditekuni oleh pria tiga orang anak tersebut dan pemesannya pun setiap tahun semakin bertambah, satu buah &quot;Dungki&quot; dihargainya sekitar Rp. 40.000 s/d RP. 60.000 tergantung kualitas yang di pesan. &quot;Hasil yang saya dapatkan dari kerajinan ini bisa dibilang cukup, walaupun datangnya cuman satu tahun sekali&quot;, ujarnya. (003/KIM BS)</p>
Rezeki Pengerajin "Dungki" Disaat Musim Panen Kopi di Belok Sidan.
18 Jun 2019